Senin, 02 November 2015

POTENSI ENERGI ANGIN DI SULAWESI

POTENSI ENERGI ANGIN DI SULAWESI

A.    Energi Angin di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan sumber energi yang melimpah, salah satunya adalah energi angin. Posisi Indonesia yang berada di garis equator membuatnya menjadi pertemuan sirkulasi Hadley, Walker, dan lokal. Kondisi ini membuat Indonesia sebagai negara yang memliki potensi angin yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbaharukan, seperti pembangkit listrik yang bersumber dari angin. Dengan pengembangan energi dari potensi yang dimiliki tersebut akan dapat membantu memasok energi listrik yang sebelumnya lebih banyak menggunakan bahan bakar fosil.
Sebenarnya dengan sumber energi angin yang bisa didapatkan secara cuma-cuma dari alam ini, seharusnya pemerintah bisa memanfaatkannya secara maksimal untuk menyuplai energi listrik di negara ini. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan fosil, tentu pembangkit listrik yang bersumber dari angin akan lebih efisien. Angin bisa didapatkan secara bebas di alam ini, sementara untuk pembangkit berbahan bakar fosil maka pemerintah harus memiliki persediaan terlebih dahulu. Faktanya, pemanfaatan potensi angin ini di Indonesia masih kurang.
Di Indonesia pengembangan pembangkit listrik tenaga angin masih terbilang sedikit. Berdasarkan sumber yang penulis baca, sebanyak 5 unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kW sudah dibangun. Kemudian pada 2007, menyusul 7 unit lagi dibangun dengan kapasitas yang sama yaitu 80 kW. Ketujuh unit tersebut tersebar di 4 wilayah di Indonesia, yaitu di Pulau Selayar sebanyak tiga (3) unit, di Sulawesi Utara dua (2) unit, Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu (1) unit. Berdasarkan kebijakan energi nasional, pembangkit listrik energi angin ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Perlu pengembangan lagi untuk membangun PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) / Angin sebagai upaya memaksimalkan potensi energi yang sudah tersedia dalam rangka memajukan dan mensejahterakan masyarakat. Untuk membangun suatu pembangkit listrik bertenaga angin, diperlukan kondisi-kondisi tertentu agar pembangkit tersebut dapat bekerja dengan baik. Harus diperhatikan pergerakan angin di lokasi tersebut, seperti berapa kecepatan anginnya. Minimum kecepatan angin rata-rata tahunan untuk tempat pembangunan PLTB adalah sebesar 2,5 m/d.
Berikut merupakan tabel mengenai syarat-syarat kecepatan angin yang dapat digunakan untuk menggerakkan kincir angin.
           (sumber : BMKG, 2010)

Kelas angin no. 3 merupakan batas minimum kecepatan angin yang dapat menggerakkan kincir angin yang berjari-jari sudu satu (1) meter, sedangkan no. 8 adalah batas maksimumnya. Untuk mendirikan suatu pembangkit bertenaga angin diperlukan informasi-informasi mengenai kecepatan angin di beberapa tempat, kemudian membandingkan kecepatan angin antara lokasi satu dengan lokasi yang lain untuk mencari tempat yang dianggap tepat untuk dibangun sebuah PLTB.


B.     Analisis Data Angin di Sulawesi
Data ini penulis dapatkan dari laporan akhir Kajian Potensi Energi Angin di Wilayah Indonesia Timur oleh BMKG tahun 2010. Data yang diolah menggunakan software Windrose ini memberikan informasi tentang distribusi arah dan kecepatan angin dari periode 2003 hingga 2008 di beberapa lokasi di Sulawesi. Data diperoleh dari 7 stasiun pengamatan meteorologi yang tersebar di wilayah Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya. Ketujuh stasiun tersebut yaitu stasiun Toli-toli, Kayuwatu, Majene, Hasanudin, Gorontalo, Kendari, dan stasiun Naha. Selama 6 tahun, yaitu periode tahun 2003 sampai dengan 2008 maka didapatkan data di masing-masing stasiun sebagai berikut :
1.      Toli-Toli
(sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa arah angin dominan dari timur sebesar 60% dengan kecepatan angin rata-rata 0.85 m/s, dan hasil diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin berada pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 99.8%. Berdasarkan distribusi arah dan kecepatan angin menunjukkan bahwa potensi angin yang ada tidak dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, meskipun data arah angin di stasiun Toli-Toli konsisten akan tetapi rata-rata kecepatan angin di Toli-Toli tidak memenuhi syarat untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin dengan sudu 1 m3 di mana kecepatan minimalnya adalah 2.5 m/s.


2.      Kayuwatu
            (sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa arah angin dominan dari barat sebesar 34% dengan kecepatan rata-rata 1.4 m/s, hasil analisis yang disajikan dengan diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin dominan pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 83.3%, 2.5 - 5 m/s sebesar 13.4%, 5 - 7.5 m/s sebesar 2.9% dan 0.3 % di atas 7.5 m/s. Hasil analisa distribusi arah dan kecepatan angin menunjukkan bahwa potensi angin yang ada di stasiun Kayuwatu kecil kemungkinannya untuk dimanfaatkan untuk sumber energi, karena syarat untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin dengan sudu 1 m3 adalah daerah yang mempunyai kecepatan angin di atas 2.5 m/s.

3.      Majene
(sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa arah angin dominan dari timur sebesar 38% dengan kecepatan angin rata-rata 1.84 m/s, hasil analisis yang disajikan dengan diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 64.6%, 2.5 - 5 m/s sebesar 31 .6% dan 5 -7.5 m/s sebesar 3.7 %. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa hanya sekitar 35% kecepatan angin di Majene yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga bayu. Dilihat dari kontinuitasnya maka daerah ini kurang berpotensi ,untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu karena 65% hari dalam setahun harus disuplai oleh pembangkit lain.

4.      Hasanudin
            (sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa arah angin didominasi oleh angin dari tenggara yakni sebesar 38% dengan kecepatan angin rata-rata 2.6 m/s, hasil analisis yang disajikan dengan diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin berada pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 66.4%, 2.5 - 5 m/s sebesar 33.3% dan di atas 7.5 m/s sebesar 0.3 %. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa di daerah Makassar didominasi angin lemah dengan kecepatan kurang dari 2,5 m/s, walaupun rerata kecepatan angin sepanjang tahun melebihi 2,6 m/s tetapi kontinuitasnya kurang bagus karena hanya sekitar 34% yang memenuhi syarat untuk pembangkit listrik tenaga angin. Rerata tahunan yang besar ini disebabkan adanya angin-angin kencang yang bertiup pada bulan-bulan tertentu.

5.      Gorontalo
            (sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa arah angin didominasi oleh angin dari utara sebesar 52% dengan kecepatan angin rata-rata 1.22 m/s, dan hasil analisis yang disajikan dengan diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin berada pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 94.3%, 2.5 - 5 m/s sebesar 5.1 % dan 5 - 7.5 m/s sebesar 0.5 %. Gorontalo merupakan daerah yang berbatasan dengan Laut Pasifik di sebelah utara dan di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini. Pada kedua sisi utara dan selatan, dibatasi oleh perbukitan, dan di tengahnya berbentuk cekungan, letak stasiun pengamatan meteorologinya berada di tengah cekungan tersebut sehingga angin di daerah tersebut didominasi oleh angin-angin yang lemah.

6.      Kendari
            (sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa arah angin didominasi oleh angin timur sebesar 32% dengan kecepatan angin rata-rata 0.9 m/s, hasil analisis yang disajikan dengan diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin berada pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 99.5% dan 2.5 - 5 m/s sebesar 0.2%. Dari analisa hasil distribusi arah dan kecepatan angin menunjukkan bahwa angin yang ada di Kendari didominasi oleh angin dengan kecepatan lemah dan kecil kemungkinannya untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi tenaga listrik, mengingat syarat awal untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin dengan ,jari-jari (sudu) 1 m3 adalah daerah yang mempunyai kecepatan angin di atas 2.5 m/s.

7.      Naha
            (sumber : BMKG, 2010)

Pada gambar Windrose Plot menunjukkan bahwa distribusi arah angin di Stasiun pengamatan Naha Sulawesi Utara selama periode tahun 2003 -2008 dari barat daya sebesar 24%, dari arah utara sebesar 20%, dari timur 20% dan dari timur laut sebesar 20% dengan kecepatan angin rata-rata 2.66 m/s, dan hasil analisis yang disajikan dengan diagram batang menggambarkan prosentase kecepatan angin berada pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s sebesar 46,0%, 2.5 - 5 m/s sebesar 51.0% dan 5 - 7.5 m/s sebesar 3,0%.


C.    Potensi Energi Angin di Sulawesi
Potensi energi angin secara matematis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = ½. c. ρ. A. Vi3. ∆T
Dengan :
P   = potensi energi angin ( wattday/year)
C   = konstanta betz 16/27 (=59.3%). Angka ini menunjukkan efisiensi
       maksimum yang dapat dicapai oleh rotor turbin angin.
A   = luas sapuan rotor (dianggap 1 m2)
Vi  = kecepatan angin rata-rata harian ( meter/detik )
ρ    = kerapatan udara rata-rata ( kilogram/meter3)
∆T = frekuensi angin (jumlah hari dalam satu tahun yang kecepatan rata
          ratanya > 2,5 m/s)

Dari hasil analisis data pada tahun 2003 – 2008 di atas tadi, didapatkan hasil perhitungan potensi energi angin yang disajikan dalam tabel berikut :
 (sumber : BMKG, 2010)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa potensi energi angin paling kecil adalah daerah Kendari dengan potensi sebesar 344,5 wattday/year dan kecepatan angin di atas 2,5 m/s hanya 0,4 %. Selain Kendari, Toli-Toli juga termasuk daerah yang berpotensi kecil, yaitu 376,8 wattday/year dengan kecepatan angin di atas 2,5 m/s lebih kecil dari Kendari, yaitu hanya sebesar 0,1 %. Daerah-daerah tersebut tidak layak untuk dibangun sebuah PLTB. Begitu pula dengan daerah lainnya, walaupun potensi energi yang dimiliki di atas 1000 wattday/year, namun frekuensi kecepatan angin di atas 2,5 m/s masih kurang dari 50 %.
Sebaran informasi windrose dan besarnya potensi angin di wilayah Sulawesi dan sekitarnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
 (sumber : BMKG, 2010)

Dari sekian daerah tersebut, Naha merupakan daerah dengan potensi paling besar yaitu sebesar 3455,8 wattday/year. Daerah ini juga memiliki prosentase kecepatan angin di atas 2,5 m/s yang lebih besar dari daerah yang lain, yaitu 54 %. Dari analisis di atas, didapatkan informasi bahwa daerah Naha memiliki potensi untuk dikembangkan pembangkit listrik bertenaga angin.
   (sumber : BMKG, 2010)

Daerah Naha yang terletak di Sulawesi Utara potensi energi yang dihasilkan antara 150 -420 wattday/month, potensi energi yang paling besar terjadi pada bulan JJA(Juni-Juli-Agustus), kecepatan angin rata-rata harian dalam setiap bulan tidak begitu fluktuatif, hanya sekitar 2,2 -2,9 m/s. Frekuensi hari di mana angin bertiup dengan kecepatan lebih dari 2,5 m/s juga relatif stabil dengan jumlah 11-22 hari. Pada musim angin Timur frekuensi cenderung tinggi demikian pula potensi energinya juga tinggi. Untk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada gambar diatas. Pada bulan Agustus potensi energi paling besar walaupun jika kita lihat frekuensi hari dengan kecepatan angin >2,5 m/s pada bulan itu lebih rendah dari dua bulan sebelumnya, tetapi karena kecepatan angin reratanya relatif besar, maka potensi energinya cenderung lebih besar.
Analisa bulanan menunjukkan bahwa di daerah Naha frekuensi hari yang mempunyai kecepatan angin lebih dari 2.5 m/s kurang dari 20 hari setiap bulan, sedangkan potensi energinya kurang dari 500 wattday/month. Walau demikian frekuensi dan potensi energinya cenderung stabil sehingga masih dimungkinkan untuk digunakan sebagi pembangkit listrik tenaga angin. Untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin di wilayah tersebut dapat diprioritaskan sebagai pembangkit sekunder untuk melengkapi pembangkit yang sudah ada.

Sumber referensi :
Suyono, Hadi. Kajian Potensi Energi Angin di Wilayah Indonesia Timur. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta. 2010
BACA Selengkapnya

Jumat, 29 Mei 2015

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

          Las titik atau RSW (Resistance Spot Welding) merupakan metode pengelasan di mana tidak terdapat busur listrik yang terjadi pada saat proses mengelas dilakukan. Kedua permukaan logam yang akan dilas ditekan satu sama lain di antara kedua ujung elektroda kemudian dialiri arus listrik yang tinggi. Terdapat empat (4) siklus yang terjadi ketika melakukan metode ini, yang pertama adalah squeeze time yaitu penekanan benda kerja oleh elektroda dan arus listrik mulai mengalir. Siklus kedua yaitu weld time, merupakan kondisi pada saat arus listrik sedang mengalir. Dilanjutkan dengan hold time di mana aliran arus sudah tidak mengalir lagi, namun benda kerja masih diberi tekanan. Kemudian pada siklus terakhir merupakan off time, yaitu ketika sudah tidak dilakukan penekanan terhadap benda kerja dan tidak ada arus listrik yang mengalir.

            Dari percobaan, peneliti mengamati pengaruh fisik dan mekanik dari logam baja karbon rendah SS400 dengan tebal 1,2 mm dan paduan Al5083 dengan tebal 4 mm yang disambung dengan metode las RSW melalui tiga varian arus listrik, yaitu pada arus 65 A, 70 A, dan 75 A. Hasil pengelasan tersebut kemudian diuji mekanik dengan dilakukan uji tarik-geser. Sementara untuk uji fisik dilakukan pengujian kekerasan pada beban 100 grf dengan mesin uji kekerasan Vickers. Pengujian fisik ini dilakukan di daerah logam induk yaitu logam dasar yang tidak mengalami perubahan struktur saat terjadi panas, HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam induk yang berubah strukturnya karena panas pengelasan, dan daerah logam las yang merupakan bagian yang ikut mencair ketika proses mengelas kemudian membeku. Dilakukan pula pengamatan fisik lain, yaitu pengamatan fotomikro dengan menggunakan mikroskop optik dan pengamatan fotomakro menggunakan alat stereozoom.

            Setelah dilakukan pengujian dan pengamatan seperti di atas, didapatkan hasil bahwa semakin tinggi arus pengelasan yang digunakan maka nilai kekuatan tarik gesernya juga akan semakin tinggi, dalam hal ini 65 A - 75 A. Pengamatan fotomakro menunjukkan bahwa hasil las dengan semua variasi arus pengelasan dapat tersambung dengan baik. Sedangkan pada hasil pengamatan fotomikro pada daerah las material Al 5083 masih terdapat sisa serbuk filler yang tidak meleleh saat terjadi proses pengelasan. Untuk material baja SS 400, struktur mikro daerah logam induk dan HAZ untuk semua variasi arus pengelasan berupa ferit dan perlit sedangkan pada daerah las struktur mikronya berupa bainit. Kemudian nilai kekerasan tertinggi pada material SS 400 terdapat pada daerah logam las. Hal tersebut sesuai dengan struktur mikro pada daerah tersebut yaitu bainit yang mempunyai nilai kekerasan tinggi. 
BACA Selengkapnya

Sabtu, 09 Maret 2013

Liberty Reserve

                         Liberty Reserve adalah perusahaan dalam jaringan yang menyediakan jasa pembayaran dan pengiriman uang dengan aman dan cepat secara elektronik, Liberty Reserve ini terintegrasi dengan suatu metode pembayaran dalam bentuk rekening / account yang beroperasi secara online, sehingga orang dapat menggunakan alat pembayaran tersebut sebagai pengganti media online berbentuk tunai/uang.

                             Payment processor tersebut menjamin kerahasiaan informasi pribadi anda, sehingga siapapun tidak dapat mengakses informasi yang terkandung didalam rekening anda, serta menjamin setiap transaksi online anda karena menggunakan sistem keamanan dengan teknologi Called Secure Socket Layer (128 bit SSL) ditambah 3 lapis pengamanan pada website, sehingga setiap informasi yang dilakukan diwebsite benar - benar secure.
 
Cara Mendaftar Liberty Reserve :
 
1. Klik Disini untuk menuju halaman website Liberty Reserve
2. Klik "Create Account"



3. Masukan data - data lengkap anda, kemudian klik "Agree"





4. Catat atau print data yang diberikan Liberty Reserve pada tempat aman



5. Cek dan buka inbox email anda dari Liberty Reserve



6. Selanjutnya setelah membuka email dari Liberty Reserve " Catat Nomor Rekening Anda " yang diberikan liberty reserve melalui email anda. Contohnya U1234567. Seperti gambar dibawah ini

Cara Login / Masuk Liberty Reserve :

1. Masukan no.rekening dan password. Contoh no. rekening : U1234567 dan masukan password yang sudah anda simpan pada proses pendaftaran tadi



2. Cek apakah personal welcome message sudah benar, "Klik kotak Ceklist" yang berada disebelah I confirm that my custom welcome message is corect



3. Klik Login Pin 



4. Masukan login pin anda yang sudah dicatat pada proses awal pendaftaran tadi



5. Isi data identitas anda sesuai KTP. Jika sudah klik Continue, Lalu klik Submit




6. Selamat account liberty reserve anda sudah dapat digunakan.
BACA Selengkapnya